Sikap dan Citra Diri biasanya berjalan seiring.
Jika seseorang disebut "Orang Pandai" yang harus selalu benar maka akan bersikap argumentatif dan cenderung ingin selalu menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya pandai. Karena akan memilih menyerang hal-hal sekecil yang tidak disukainya daripada berfokus pada hal-hal utama yang mungkin disetujuinya dan selalu menantang informasi yang diberikan orang lain dan berusaha mengunggulinya. Jarang menawarkan gagasan baru karena gagasan baru membuka resiko untuk diserang, lebih memilih untuk membatasi diri terhadap kritik. Hal ini membuat terkesan hebat.
Kemudian ada sikap seseorang yang menunjukkan sebagai Penjaga Nilai-nilai Kemanusiaan Sejati, berprinsip "Jangan pedulikan argumen, Jangan pedulikan informasi" dan pada akhirnya nilai-nilai kemanusiaan sejatilah yang akan menentukan permasalahan. Sering menggunakan setiap kesempatan untuk menunjukkan bahwa nilainya adalah nilai penentu karena nilai-nilai yang lain tidak diperhitungkan. Jika bermaksud baik sekalipun hasilnya kurang baik maka penilaian dan keputusannyalah yang paling benar.
Ada pula sikap seseorang Berpura-pura Bodoh maka akan lolos dari banyak hal karena tidak harus mempunyai posisi dan tak seorangpun akan menyerang gagasannya. Dapat mengajukan pertanyaan yang paling aneh dan tidak akan terjadi apa-apa terhadap dirinya dan bersemangat untuk menerima hal-hal yang dikatakan orang lain dan bersemangat untuk menyatukan persetujuan. Biasanya sebagai pendengar yang sempurna tetapi mungkin tidak terlalu banyak memberikan kontribusi bahkan mungkin akan menemukan orang-orang yang merasa iba terhadapnya dan bahkan mendukungnya. Berarti sikap demikian menunjukkan ketidakberdayaan dan hal ini dapat menarik sekaligus efektif.
Ada lagi seseorang yang bersikap Sangat Rasional. Tidak pernah terikat satu posisi karena selalu melihat kepada posisi yang lain dengan pikirannya yang jernih, menerima semua hal yang diberikan tanpa perdebatan. Segala sesuatunya mungkin saja tidak ada yang pasti bahkan sangat sedikit yang meragukan. Tampaknya tidak ada perasaan atau nilai-nilai dan jika ada , keduanya begitu seimbang sehingga tidak bisa menjadi dasar untuk mengambil pilihan atau keputusan. Efek secara keseluruhan adalah seperti peta yang menggambarkan banyak rute tetapi tidak pernah menunjukkan satu rute khusus. Sikap ini menunjukkan kemenangan akal atas emosi.
Ada juga seseorang bersikap sebagai Tukang Gertak. Percakapan hanyalah suatu cara yang biasa diterima secara umum untuk menggertak orang lain dan menantang segala hal, semua informasi berpotensi salah atau paling tidak memihak, memiliki raut muka yang ekspresif dan berubah-ubah. Kebanyakan gertakannya dikeluarkan ketika sedang mendengarkan sehingga ekspresinya begitu mencemooh, meragukan, tidak percaya dan bahkan mencela apapun yang sedang dibicarakan. Biasanya tertarik pada efek yang ditimbulkan pada orang lain.
Seseorang yang mempunyai sikap sebagai Penjilat. Biasanya cepat-cepat menyetujui orang yang paling berpengaruh, paling penting atau paling pandai dalam suatu diskusi. Dan berusaha untuk menjadi sekutu juga mengekor orang lain. Tidak suka menjawab pertanyaan karena dapat menanggung resiko bahwa jawabannya tidak akan diterima oleh sekutunya yang berpengaruh tersebut. Pertanyaan itu akan dilempar kepada orang yang berada didekatnya.
Kemudian ada seseorang yang bersikap sebagai Inovator yang penuh gagasan. Biasanya bosan dengan pendapat-pendapat dan alasan konvensional hanya menunggu kesempatan untuk menyampaikan gagasan baru yang kreatif dan tidak lazim, yang mungkin berupa persepsi atau cara pandang baru terhadap suatu masalah. Mungkin gagasan baru itu menjadi solusi yang berbeda dengan yang pernah ditawarkan. Seperti elang menunggu untuk menyambar dalam setiap kesempatan dan berpegang pada prinsip bahwa gagasan baru itu menyenangkan sedangkan perdebatan membosankan.
Seseorang yang bersikap Kebosanan yang dibuat-buat. Ada tanda-tanda kelelahan dan kebosanan yang dibuat-buat sehingga setiap pendapat dianggap sebagai barang lama dan gagasan baru dianggap sebagai gagasan usang yang sama dan sedikit sekali menyumbangkan pemikiran dan akan menguras percakapan apapun. Ada antuisiasme negatif yang menyerap dan mematikan setiap antusiasme yang nyata. Biasanya menunjukkan bahwa sudah menjadi kewajiban semua orang untuk memikatnya dengan gagasan baru.
Sikap Siap Tempur.
Sikap ini memandang setiap percakapan sebagai perang antara dua pihak yang memiliki sudut pandang masing-masing. Hal yang terpenting adalah memenangi perang. Penjajakan topik atau pengembangan gagasan baru sama sekali tidak penting. Dalam perang dan cinta, semua tindakan dibenarkan begitu pula dengan sikap siap tempur ini. Informasi akan ditahan jika hal itu akan mendukung cara pandang pihak lawan. Sikap ini hampir sama dengan sikap para pengacara di pengadilan hukum. Semua ini adalah sikap menang kalah hanya boleh ada satu pemenang jika ada kompromi yang ditawarkan hanyalah muslihat untuk menguasai dan menjebak pihak lain, tak ada ampun pihak yang kalah harus mengakui kekalahannya.
Sikap Pembelajar.
Seseorang bergabung dengan niat yang jelas untuk mempelajari sesuatu. Hal ini bukan masalah tentang pembuktian kebenaran atau meyakinkan orang lain terhadap sudut pandang niatnya adalah untuk belajar. Mungkin ada gagasan baru, mungkin ada wawasan atau penemuan baru, mungkin ada informasi baru, mungkin ada cara berpikir baru. Jika akhirnya pergi dengan hal baru yang telah dipelajari dan waktu tidak terbuang sedikitpun.
Sikap Penjelajah.
Sikap seorang penjelajah yang menemukan pantai baru ada sesuatu untuk dijelajahi. Bagaimanakah cara pemikiran positip menjelajahi suatu subyek secara kooperatif ? pasti ada sudut-sudut pandang yang berbeda seperti halnya para penjelajah mendarat di tepian pulau yang berbeda-beda pula. Dapatkah pendapat yang berbeda-beda ini disatukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh ? Seorang penjelajah tidak harus menerima semua hal dan bisa menantang gagasan dan informasi namun ketika melakukan hal ini lebih tertarik pada kebenaran dan bukan mengumpulkan sebuah gambaran utuh dan lengkap semua orang dipandang sebagai sekutu dalam mencapai tujuan itu.
Sikap Konstruktif.
Sikap ini mirip dengan sikap penjelajah tetapi ada satu perbedaan besar. Sikap penjelajah berusaha untuk menguji subyek dan memetakan dengan jelas sedangkan sikap konstruktif berusaha untuk melakukan sesuatu dan merancang langkah ke depan. Pembentukan sikap konstruktif tidak cukup dengan mengetahui sesuatu, ada kebutuhan untuk melakukan sesuatu.
Sikap Gembira.
Percakapan dan diskusi adalah cara yang menyenangkan untuk memanfaatkan pikiran seperti halnya olah raga adalah cara yang menyenangkan untuk memanfaatkan tubuh. Jadi tujuan utama suatu percakapan atau diskusi adalah untuk menikmatinya dan membantu orang lain untuk menikmatinya. Kadang-kadang, hal ini saja tidak cukup, namun secara keseluruhan suatu percakapan atau diskusi merupakan tujuan itu sendiri seperti halnya jalan-jalan di hutan adalah suatu tujuan. Demikian pula halnya diskusi yang bisa menjaga kesehatan mental.
0 komentar:
Posting Komentar